Powered By Blogger

Minggu, 26 Desember 2010

Tentang Bivak


Bivak adalah tempat berlindung sementara di alam bebas dari aneka gangguan cuaca, binatang buas, dan angin tentunya. Memang semua itu bisa mempergunakan Tenda Dome atau Flysheet, akan tetapi, bagaimana jika alat berlindung siap pakai tadi rusak ataupun sobek saat di alam bebas? Sudah tentu kita harus bisa membuat bivak atau shelter dari bahan sekeliling kita.

Bivak atau shelter dapat dibagi atas :
1. Bivak alam
Tempat berlindung yang dibuat dengan menggunakan bahan - bahan yang
terdapat di alam seperti ;
a. Pohon tumbang
b. Lubang pada pohon besar
c. Gua
d. Bivak dari bambu
e. Bivak dari daun tumbuh - tumbuhan

2. Bivak buatan
a. Menggunakan plastik
b. Menggunakan Fly sheet

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan Bivak yaitu ;

1. Untuk berapa lama
Dengan merencanakan akan berapa lama berlindung di suatu tempat,
penghematan tenaga dan kesadaran emosi akan terjaga

2. Sendiri atau kelompok
Buatlah tempat berlindung yang sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu
luas dan tidak terlau sempit sehingga kehangatan tempat berlindung tetap
terjaga

3. Memilih tempat
untuk menjaga kenyamanan dan tetap hangatnya tempat berlindung serta
menghindari cepatnya penurunan daya tahan tubuh, perhatikan hal berikut ;

a. Dirikan bivak yang terlindung dari terpaan angin, jangan dirikan bivak
ditempat yang terbuka dari terpaan angin

b. Dirikan bivak pada tempat yang kering dan rata, untuk daerah yang
lembab, buatlah para - para yang kokoh. Jangan dirikan bivak dilereng
gunung atau lembah

c. Dirikan bivak dibawah kerindangan pohon yang tembus sinar matahari.
Jangan dirikan dibawah pohon yang rapuh dan lapuk

d. Pada situasi bivak yang permanen, usahakan dirikan pada daerah yang
dekat dengan sumber air. Jangan dirikan bivak dialiran sungai dan
jalur lintas binatang.

Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang - lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.

Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat - tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk .

Tentang Edelweis

Edelweis adalah bunga yang pasti sudah tak asing lagi bagi para penggiat alam bebas mendaki gunung, karena bunga abadi ini saat ini hanya mampu tumbuh dan besar di ketinggian gunung dan memerlukan sinar matahari penuh. Bunga cantik ini memang akrab dengan para pendaki dan mengilhami banyak orang melalui keindahan dan keabadian yang ditampilkannya. Tak heran kalau bunga ini disebut sebagai bunga abadi, karena mekar dalam waktu yang cukup lama.

Bunga edelweis asli atau yang sering disebut dengan Everlasting Flower sebenarnya adalah bunga Leontopodium yang hanya ada di pegunungan alpen, bukan bunga Edelweis Jawa atau Anaphalis javanica. Tapi apa daya sudah terlanjur, karena bunga ini yang sebenarnya bunga adalah serbuk kuning yang dalam waktu 1 - 3 hari setelah mekar akan rontok dan menyisakan kelopak bunganya saja. Kelopak bunga yang tahan lama inilah yang sering 'dicolong" oleh para pendaki gunung. Dan mereka pun akhirnya kecolongan karena hanya membawa kelopak bunga abadi. Bunga Edelweiss merupakan spesies tanaman berbunga endemik yang banyak ditemukan di daerah pegunungan di Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Lombok.

Bunga Edelweiss yang menyukai sinar matahari penuh ini dalam ukuran dewasa dapat mencapai 8 meter tingginya, tapi pada umumnya hanya mencapai tinggi kurang dari satu meter. Bunga edelweiss umumnya terlihat antara bulan April – Agustus, dimana pada sekitar akhir Juli – Agustus merupakan fase mekar terbaiknya. Bunga Edelweiss ( Anaphalis javanica ) sangat popular dikalangan wisatawan. Bunga ini dikeringkan dan dijual sebagai souvenir. Kondisi ini menyebabkan spesies tanaman ini mengalami kelangkaan . Di wilayah gunung BromoTengger Jawa Timur, tanaman ini dianggap punah. Jumlahnya yang terus menurun membuat tanaman ini termasuk yang dilindungi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango , Jawa Barat. Larangan untuk memetik bunga ini terpampang jelas, namun kerap kali pemetikan bunga Edelweiss sulit dihindarkan dari tangan - tangan jahil yang mencoba menyelundupkan bunga tersebut.

Kabar gembiranya, bunga Edelweis Jawa ( Anaphalis Javanica ) ini sudah banyak dibudidayakan oleh para petani di daerah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Para petani ini membudidayakannya dengan cara menanam anakan yang tumbuh dari biji dan tersebar di sekitar pohon induknya serta ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1000 mdpl, pada tanah liat berkapur atau berpasir dengan pH ( keasaman tanah ) antara 4 - 7.

Kemauan dan kesadaran yang gigih dari kita untuk membuat Edelweis tetap menjadi bunga abadi dan tumbuh di alamnya. Biarkan dia disana untuk menyambut para pendaki dengan indahnya. Jaga Edelweis dari hati.

Cara Mengatasi Gangguan Binatang Saat Di Alam Bebas

Dikala di alam bebas, sering dan bahkan pasti akan mendapatkan gangguan binatang, yang walaupun kecil, suka di anggap sepele, namun jika di rasakan sangatlah mengganggu. Nah tentunya ingin bebas dari gangguan bukan? Atau ingin melakukan cara agar gangguan binatang tadi bisa di atasi? Siap, ada trik - trik nya dan mudah di lakukan, tanpa biaya besar dan tak harus menuju UGD.

Gangguan Kalajengking dan Lipan

Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan.

Lintah 

Apabila digigit lintah jangan balas menggigitnya, tetapi:

Teteskan air tembakau pada lintahnya
Taburkan garam di atas lintahnya
Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
Taburkan abu rokok di atas lintahnya, jangan sebungkusnya, sayang, rokok mahal.

Lebah Apabila disengat lebah :

Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
Jangan dipijit-pijit
Tempelkan pecahan genting panas di atas luka.

Nyamuk

Obat nyamuk, autan, dll
Bunga kluwih dibakar
Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk.

 Semut

Letakkan cabe merah pada jalan semut
Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
Gosokkan obat gosok pada luka gigitan

Laron

Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

Harimau dan Singa

Kabur sekencang - kencangnya!

Monyet atau Kera

Jika di ganggu Kera, cukup dengan ganti mengganggunya, jika di taksir ya balas menaksirnya, aman dan beres.

Sederhana bukan cara mengatasi gangguan binatang saat di alam bebas? Selamat berpetualang ya kawan..

Menyambangi Kawah Raksasa Gunung Tambora

Gunung Tambora
Mendaki Gunung Tambora (2.722 m dpl) adalah salah satu ‘agenda’ bagi pehobi mendaki gunung Indonesia. Maklum, selain panorama kawahnya yang memikat, gunung ini adalah gunung tertinggi di Pulau Sumbawa. Waktu yang tepat untuk mendaki Tambora adalah bulan Juli dan Agustus, karena biasanya kedua bulan ini bertepatan dengan waktu libur dan, tentu saja, keadaan cuaca yang ramah.
Minggu pagi itu, di kota Bima. Sinar matahari terasa menyengat kulit, membuat siapa saja lebih memilih berteduh. Tapi terik matahari tak mampu menyurutkan aktivitas di terminal bis antarkota. Semakin siang, semakin ramai suasana tempat itu. Sebuah bis kecil dengan tujuan Labuhan Kenanga tampak beranjak meninggalkan hiruk-pikuk terminal.
Bis yang sudah penuh oleh penumpang, semakin sesak ketika di tengah perjalanan awak bus tetap memaksa mengambil penumpang, meski tidak ada lagi tempat duduk yang tersisa di dalam bis. Belum lagi barang bawaan para penumpang yang segambreng, sungguh tidak menyisakan ruang yang cukup lega di dalam bis.
Iklim savana tropis menganugerahkan pemandangan alam yang khas sepanjang perjalanan dari Bima. Perbukitan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar yang menonjolkan warna kecokelatan atau kekuningan. Hamparan padang rumput luas dengan selingan pohon-pohon keringnya. Serasa di Afrika, begitu kurang lebih
penisbahan yang terpikir di benak.
Selepas Kempo (56 km ke arah barat dari Bima), pemandangan bertambah. Dari arah barat, Teluk Saleh menampakkan pesona biru lautnya. Menyegarkan pandangan mata yang selepas kota Bima dicekoki oleh pemandangan daratan.
Di desa Kadindi, transportasi beralih ke truk. Truk ini yang mengantar perjalanan selanjutnya menuju dusun Pancasila, yang masih harus ditempuh kurang lebih 6 kilometer lagi. Pancasila adalah nama kampung di kaki barat laut Gunung Tambora yang merupakan salah satu titik awal pendakian Gunung Tambora.
Pendakian
Meninggalkan dusun Pancasila, jalan tanah tak beraspal menuntun langkah kaki. Sisi kiri dan kanan jalan ditumbuhi oleh pepohonan lebat. Kalau beruntung, akan terlihat kera-kera bergelayutan, berpindah dari dahan pohon yang satu ke dahan pohon yang lain. Bahkan tanpa rasa takut, mereka melintas menyeberangi jalan.
Semakin jauh berjalan, hari semakin gelap. Sementara, jalan yang semula hanya bisa dilewati dua truk kecil, berujung pada jalan besar yang lebarnya cukup untuk dilalui oleh dua truk besar secara berdampingan. Rupanya jalan besar ini adalah jalur truk-truk besar yang lalu-lalang mengangkut kayu gelondongan hasil penebangan di kaki Gunung Tambora. Entah ke mana kayu-kayu tersebut diangkut.
Di tempat truk berhenti, ada sebuah jalan kecil masuk ke dalam hutan. Inilah jalur pendakian menuju puncak Tambora. Jalur yang dilewati cukup lebar dan landai untuk dilewati sepeda motor. Jadi tak terlalu melelahkan untuk mencapai shelter pertama. Shelter pertama adalah sebuah bangunan tak berdinding. Inilah shelter satu-satunya yang berwujud bangunan.
Shelter berikutnya, meski disebut shelter, hanyalah sebutan untuk tempat perhentian tanpa bangunan. Beberapa meter dari shelter pertama, terdapat sebuah sumber air yang dibuat dengan menampung air yang disalurkan oleh pipa.
Semakin dekat dengan shelter kedua, kondisi jalur mulai berbeda dan sedikit menyulitkan. Selain semak belukar yang mulai menutupi jalur, banyak batang pohon roboh yang melintang di tengah jalur. Mengangkat kaki tinggi-tinggi atau merangkak di bawah batang-batang pohon tersebut adalah gerakan tambahan yang harus dilakukan. Seakan memaksa agar lebih giat menggerakkan anggota tubuh selain kaki.
Dari shelter ini, pendakian dilanjutkan dengan menyeberang sungai kecil dekat tempat bermalam. Bersiap-siaplah untuk tersengal-sengal. Karena bila sebelum tiba di shelter kedua, paru-paru dimanjakan oleh jalur yang landai, setelah melintas sungai kecil ini, jalur menanjak telah menanti.
Berhasil melewati tanjakan, jalur berliku-liku lengkap dengan batang-batang pohon tumbang yang melintang, kembali menghadang. Bak ”polisi tidur”, batang-batang pepohonan itu mengurangi laju ayunan langkah kaki. Sedikit menyebalkan memang. Tapi kokok ayam hutan menjelang sore itu, menjadi pengalih perhatian dari kejengkelan terhadap batang-batang pohon tadi.
Shelter ketiga berhasil dicapai ketika hari sudah sore. Di sinilah pendakian hari kedua berakhir. Letak shelter di punggungan yang tidak terlalu lebar, membuat pemandangan lembah di kiri kanannya dapat terlihat. Sebuah tanda terpasang di pohon, menunjukkan arah sumber air. Tampaknya tidak sulit mendapatkan air saat mendaki Tambora.
Purnama kembali menampakkan diri, ketika malam mengganti siang. Rasanya sayang sekali, harus meninggalkan pemandangan alam ini dengan meringkuk menahan dingin di dalam tenda. Apalagi dinihari keesokan harinya, summit attack (mencapai puncak dengan membawa barang secukupnya) akan dilakukan. Sambil mempersiapkan summit attack, pemandangan malam hari di lereng Tambora ternikmati jua.
Summit attack
Memangnya sedang mendaki Everest! Begitu gerutu yang sempat terlontar dari mulut, ketika dinihari pukul 04.00 harus bangun dan memaksa mengeluarkan tubuh dari pelukan sleeping bag yang hangat. Tapi tak ada pilihan lain. Hanya ini cara yang mungkin untuk mencapai puncak sebelum tengah hari. Menembus kegelapan dinihari, hajatan menuju puncak ditunaikan. Di langit, bulan purnama telah meninggi. Cahayanya yang terang, menembus sela-sela rerimbunan daun pepohonan. Pertanda keadaan alam yang ramah.
Sesekali bibir meringis menahan rasa perih di telapak tangan dan kaki. Rupanya sepanjang jalan banyak tumbuh jelatang. Daun-daunnya yang berduri halus, menyambar anggota tubuh yang telanjang tanpa pelindung. Bahkan celana panjang tak sanggup melindungi kaki dari sengatan tumbuhan itu.
Masih cukup jauh dari zona puncak, sewaktu fajar merekah, menandai pergantian hari. Kokok ayam hutan terdengar bersahut-sahutan, seiring hari baru yang semakin terang. Sejenak langkah dihentikan untuk mengisi perut. Sarapan yang telah disiapkan sejak malam pun segera dikeluarkan dari day pack untuk disantap. Sayang, sudah dingin.
Kawah
Berangsur-angsur vegetasi beralih dari pepohonan menjadi semak dan perdu. Suatu pertanda bahwa sebentar lagi zona puncak akan dimasuki. Memang betul. Di kejauhan tampak puncak Tambora yang tandus dan berwarna kecokelatan. Begitu pula ketika menoleh ke arah barat, laut dan pulau-pulau di sekitar Sumbawa dapat terlihat. Yang agak mengherankan adalah onggokan kotoran menjangan di atas tanah. Ternyata tak hanya manusia yang sering mengunjungi puncak. Bisa dibilang, puncak Tambora adalah bagian dari dunia komunitas hewan berkaki empat itu.
Sampailah langkah kaki kami di bibir kawah. Kalau menghitung dari peta topografi, diameter kawah sekitar 6 km. Dinding-dinding terjalnya, menjulang tinggi hingga lebih dari 1.000 m. Dataran luas terhampar di dasar kawah. Inilah sisa letusan tahun 1815. Bisa dibayangkan betapa dahsyat letusan kala itu. Ahli geologi memperkirakan bahwa volume puncak yang hilang karena pembentukan kawah ini sebesar 30 km3. Mungkin tepat di atas tengah kawah inilah dulunya puncak 4.000 m berada.
Sebuah bukit kecil tandus menjulang di sisi barat kawah. Itulah puncak Tambora setelah malapetaka tahun 1815. Segera perhatian tertuju ke sana. Hanya hati-hati. Semenjak memasuki zona puncak, permukaan tanah ditutupi oleh kerikil. Bila tidak waspada, bisa terjungkal karena terpeleset.
Di pucuk bukit, tonggak batu yang tingginya kira-kira setengah meter, telah menanti. Inilah tanda ketinggian 2.722 m.
Dari sini pandangan bisa diarahkan dengan leluasa. Selain kawah di sebelah timur, nun jauh di arah barat pucuk Gunung Rinjani terlihat menyembul dari selaput tipis awan. Sementara, rasa lelah pun terasa luruh ketika hembusan angin menerpa tubuh.
===

Hobi Mendaki Gunung


Mendaki Gunung Tambora (2.722 m dpl) adalah salah satu ‘agenda’ bagi pehobi mendaki gunung Indonesia. Maklum, selain panorama kawahnya yang memikat, gunung ini adalah gunung tertinggi di Pulau Sumbawa. Waktu yang tepat untuk mendaki Tambora adalah bulan Juli dan Agustus, karena biasanya kedua bulan ini bertepatan dengan waktu libur dan, tentu saja, keadaan cuaca yang ramah.
Minggu pagi itu, di kota Bima. Sinar matahari terasa menyengat kulit, membuat siapa saja lebih memilih berteduh. Tapi terik matahari tak mampu menyurutkan aktivitas di terminal bis antarkota. Semakin siang, semakin ramai suasana tempat itu. Sebuah bis kecil dengan tujuan Labuhan Kenanga tampak beranjak meninggalkan hiruk-pikuk terminal.
Bis yang sudah penuh oleh penumpang, semakin sesak ketika di tengah perjalanan awak bus tetap memaksa mengambil penumpang, meski tidak ada lagi tempat duduk yang tersisa di dalam bis. Belum lagi barang bawaan para penumpang yang segambreng, sungguh tidak menyisakan ruang yang cukup lega di dalam bis.
Iklim savana tropis menganugerahkan pemandangan alam yang khas sepanjang perjalanan dari Bima. Perbukitan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar yang menonjolkan warna kecokelatan atau kekuningan. Hamparan padang rumput luas dengan selingan pohon-pohon keringnya. Serasa di Afrika, begitu kurang lebih penisbahan yang terpikir di benak.
Selepas Kempo (56 km ke arah barat dari Bima), pemandangan bertambah. Dari arah barat, Teluk Saleh menampakkan pesona biru lautnya. Menyegarkan pandangan mata yang selepas kota Bima dicekoki oleh pemandangan daratan.
Di desa Kadindi, transportasi beralih ke truk. Truk ini yang mengantar perjalanan selanjutnya menuju dusun Pancasila, yang masih harus ditempuh kurang lebih 6 kilometer lagi. Pancasila adalah nama kampung di kaki barat laut Gunung Tambora yang merupakan salah satu titik awal pendakian Gunung Tambora.

Pendakian
Meninggalkan dusun Pancasila, jalan tanah tak beraspal menuntun langkah kaki. Sisi kiri dan kanan jalan ditumbuhi oleh pepohonan lebat. Kalau beruntung, akan terlihat kera-kera bergelayutan, berpindah dari dahan pohon yang satu ke dahan pohon yang lain. Bahkan tanpa rasa takut, mereka melintas menyeberangi jalan.
Semakin jauh berjalan, hari semakin gelap. Sementara, jalan yang semula hanya bisa dilewati dua truk kecil, berujung pada jalan besar yang lebarnya cukup untuk dilalui oleh dua truk besar secara berdampingan. Rupanya jalan besar ini adalah jalur truk-truk besar yang lalu-lalang mengangkut kayu gelondongan hasil penebangan di kaki Gunung Tambora. Entah ke mana kayu-kayu tersebut diangkut.
Di tempat truk berhenti, ada sebuah jalan kecil masuk ke dalam hutan. Inilah jalur pendakian menuju puncak Tambora. Jalur yang dilewati cukup lebar dan landai untuk dilewati sepeda motor. Jadi tak terlalu melelahkan untuk mencapai shelter pertama. Shelter pertama adalah sebuah bangunan tak berdinding. Inilah shelter satu-satunya yang berwujud bangunan.
Shelter berikutnya, meski disebut shelter, hanyalah sebutan untuk tempat perhentian tanpa bangunan. Beberapa meter dari shelter pertama, terdapat sebuah sumber air yang dibuat dengan menampung air yang disalurkan oleh pipa.
Semakin dekat dengan shelter kedua, kondisi jalur mulai berbeda dan sedikit menyulitkan. Selain semak belukar yang mulai menutupi jalur, banyak batang pohon roboh yang melintang di tengah jalur. Mengangkat kaki tinggi-tinggi atau merangkak di bawah batang-batang pohon tersebut adalah gerakan tambahan yang harus dilakukan. Seakan memaksa agar lebih giat menggerakkan anggota tubuh selain kaki.
Dari shelter ini, pendakian dilanjutkan dengan menyeberang sungai kecil dekat tempat bermalam. Bersiap-siaplah untuk tersengal-sengal. Karena bila sebelum tiba di shelter kedua, paru-paru dimanjakan oleh jalur yang landai, setelah melintas sungai kecil ini, jalur menanjak telah menanti.
Berhasil melewati tanjakan, jalur berliku-liku lengkap dengan batang-batang pohon tumbang yang melintang, kembali menghadang. Bak ”polisi tidur”, batang-batang pepohonan itu mengurangi laju ayunan langkah kaki. Sedikit menyebalkan memang. Tapi kokok ayam hutan menjelang sore itu, menjadi pengalih perhatian dari kejengkelan terhadap batang-batang pohon tadi.
Shelter ketiga berhasil dicapai ketika hari sudah sore. Di sinilah pendakian hari kedua berakhir. Letak shelter di punggungan yang tidak terlalu lebar, membuat pemandangan lembah di kiri kanannya dapat terlihat. Sebuah tanda terpasang di pohon, menunjukkan arah sumber air. Tampaknya tidak sulit mendapatkan air saat mendaki Tambora.
Purnama kembali menampakkan diri, ketika malam mengganti siang. Rasanya sayang sekali, harus meninggalkan pemandangan alam ini dengan meringkuk menahan dingin di dalam tenda. Apalagi dinihari keesokan harinya, summit attack (mencapai puncak dengan membawa barang secukupnya) akan dilakukan. Sambil mempersiapkan summit attack, pemandangan malam hari di lereng Tambora ternikmati jua.

Summit attack
Memangnya sedang mendaki Everest! Begitu gerutu yang sempat terlontar dari mulut, ketika dinihari pukul 04.00 harus bangun dan memaksa mengeluarkan tubuh dari pelukan sleeping bag yang hangat. Tapi tak ada pilihan lain. Hanya ini cara yang mungkin untuk mencapai puncak sebelum tengah hari. Menembus kegelapan dinihari, hajatan menuju puncak ditunaikan. Di langit, bulan purnama telah meninggi. Cahayanya yang terang, menembus sela-sela rerimbunan daun pepohonan. Pertanda keadaan alam yang ramah.
Sesekali bibir meringis menahan rasa perih di telapak tangan dan kaki. Rupanya sepanjang jalan banyak tumbuh jelatang. Daun-daunnya yang berduri halus, menyambar anggota tubuh yang telanjang tanpa pelindung. Bahkan celana panjang tak sanggup melindungi kaki dari sengatan tumbuhan itu.
Masih cukup jauh dari zona puncak, sewaktu fajar merekah, menandai pergantian hari. Kokok ayam hutan terdengar bersahut-sahutan, seiring hari baru yang semakin terang. Sejenak langkah dihentikan untuk mengisi perut. Sarapan yang telah disiapkan sejak malam pun segera dikeluarkan dari day pack untuk disantap. Sayang, sudah dingin.

Kawah
Berangsur-angsur vegetasi beralih dari pepohonan menjadi semak dan perdu. Suatu pertanda bahwa sebentar lagi zona puncak akan dimasuki. Memang betul. Di kejauhan tampak puncak Tambora yang tandus dan berwarna kecokelatan. Begitu pula ketika menoleh ke arah barat, laut dan pulau-pulau di sekitar Sumbawa dapat terlihat. Yang agak mengherankan adalah onggokan kotoran menjangan di atas tanah. Ternyata tak hanya manusia yang sering mengunjungi puncak. Bisa dibilang, puncak Tambora adalah bagian dari dunia komunitas hewan berkaki empat itu.
Sampailah langkah kaki kami di bibir kawah. Kalau menghitung dari peta topografi, diameter kawah sekitar 6 km. Dinding-dinding terjalnya, menjulang tinggi hingga lebih dari 1.000 m. Dataran luas terhampar di dasar kawah. Inilah sisa letusan tahun 1815. Bisa dibayangkan betapa dahsyat letusan kala itu. Ahli geologi memperkirakan bahwa volume puncak yang hilang karena pembentukan kawah ini sebesar 30 km3. Mungkin tepat di atas tengah kawah inilah dulunya puncak 4.000 m berada.
Sebuah bukit kecil tandus menjulang di sisi barat kawah. Itulah puncak Tambora setelah malapetaka tahun 1815. Segera perhatian tertuju ke sana. Hanya hati-hati. Semenjak memasuki zona puncak, permukaan tanah ditutupi oleh kerikil. Bila tidak waspada, bisa terjungkal karena terpeleset.
Di pucuk bukit, tonggak batu yang tingginya kira-kira setengah meter, telah menanti. Inilah tanda ketinggian 2.722 m.
Dari sini pandangan bisa diarahkan dengan leluasa. Selain kawah di sebelah timur, nun jauh di arah barat pucuk Gunung Rinjani terlihat menyembul dari selaput tipis awan. Sementara, rasa lelah pun terasa luruh ketika hembusan angin menerpa tubuh.
===

Pesona Gunung Rinjani

Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726mdpl, terletak pulau lombok disebelah timur pulau Bali. Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi ke dua di Indonesia di luar pegunungan Irian Jaya dan masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani
Gunung Rinjani
, dengan luas sekitar 40.000 hektar serta gunung berapi tertinggi di Indonesia yang sering di kunjungi oleh para pendaki di Indonesia maupun mancanegara. Dikelilingi oleh hutan dan semak belukar seluas 76.000 hektar merupakan pemandangan yang asri bagi Gunung Rinjani.
Gunung Rinjani memiliki kawah dengan lebar sekitar 10 km, terdapat danau kawah yang disebut danau Segara Anak dengan kedalaman sekitar 230m. Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam. Danau Segara Anak ini banyak terdapat ikan mas dan mujair, sehingga sering digunakan para pendaki untuk memancing. Dengan warna airnya yang membiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut Segara Anak. Pemandangan di pagi hari ketika matahari terbit merupakan bagaian dari “surga” pemandangan Gunung Rinjani yang amat mengesankan. Biasanya di sekitaran danau digunakan oleh para pendaki untuk melepas lelah bahkan sampai berhari-hari.
Menurut masyarakat setempat danau “Segara Anak” memiliki misteri serta kekuatan gaib. Keyakinan masyarakat apabila Danau Segara Anak terlihat luas menandakan bahwa umur orang orang yang melihat itu masih panjang. Sebaliknya jika tampak sempit maka menandakan umur si penglihat pendek, untuk itu harus melakukan bersih diri artinya harus berjiwa tenang, bangkitkan semangat hidup, pandang kembali danau sepuas-puasnya. Biasanya pada setiap tahun masyarakat setempat mengadakan upacara adat. Sampai saat ini puncak Gunung Rinjani diyakini oleh masyarakat Lombok sebagai tempat bersemayam ratu jin, penguasa gunung Rinjani yang bernama Dewi Anjani. Dari puncak ke arah tenggara terdapat sebuah kaldera lautan debu yang dinamakan Segara Muncar. Pada saat-saat tertentu dengan kasat mata dapat terlihat istana Ratu Jin. Pengikutnya adalah golongan jin yang baik-bauk. Menurut kisah masyarakat Lombok Dewi Anjani adalah seorang putri raja yang tidak diijinkan oleh ayahnya menikah dengan kekasih pilihannya, maka ia pun menghilang di sebuah mata air yang bernama Mandala, dan akhirnya dia menjadi penguasa dunia gaib.
Gunung Rinjani memiliki berbagai ekosistem yang masih terjaga secara alami. Hutan cemara, acasia, padang rumput bahkan edelweiss merupakan pemandangan yang dominan di perjalanan saat menuju puncak Gunung Rinjani. Selain memiliki berbagai jenis burung, juga terdapat binatang jenis lain seperti harimau, monyet, rusa, bahkan landak yang menjadi penghuni Gunung Rinjani ini.

Rock Climbing

Rock Climbing atau panjat tebing adalah kegiatan yang menyenangkan dan menantang bagi penyukanya. Walaupun kadar bahaya dari pemanjatan adalah besar, tetapi dengan peralatan yang lengkap dan tersedia, niscaya segala halangan itu bisa kita minimalisir dengan baik. Tentu banyak gaya dan variasi dalam panjat tebing, yang pada dasarnya di mulai dari pendakian gunung, dan disana mendaki tebing alam. Dan itulah hingga panjat tebing ada karena para pendaki gunung tertantang dengan tebing di gunung. Jadi panjat tebing atau rock climbing adalah memanjat pada tebing batu yang curam.

Amerika Serikat adalah pemimpin dalam olah raga panjat tebing sepanjang tahun 60s dan 70, dengan jumlah yang didedikasikan pemanjat bekerja untuk meningkatkan teknik pendakian. Panjat tebing telah dinyatakan sebagai olahraga baru.
Dibandingkan panjat tebing tradisional, olahraga ini sekarang membuat penggunaan yang paling maju peralatan panjat tebing.
Dengan meningkatnya minat terhadap olahraga, para pemanjat memilih untuk melakukan rute yang sulit dan pergerakan yang sulit. Pada 1980-an, adalah kecenderungan untuk melakukan pemanjatan yang cepat namun sulit untuk di panjat.
Pengembangan pendakian sebagai olahraga menghasilkan penemuan baru keselamatan gear untuk memastikan keselamatan dari para pemanjat. Dengan berlakunya indoor dinding, panjat tebing teknik kini dapat dilakukan tanpa venturing ke luar daerah tertentu.
Sejarah memberitahu kita bahwa pada awalnya panjat tebing adalah olah raga yang berasal dari sebuah gunung. Banyak perkembangan yang terjadi selama bertahun-tahun sampai menjadi olahraga sendiri, dan terus mendapatkan popularitas sampai sekarang ini.

Perkembangan Rock Climbing di Indonesia

Panjat tebing masuk ke Indonesia seiring dengan berkembangnya teknik mendaki. Harry Suliztiarto, pemuda asal Surabaya yang menjadi mahasiswa Seni Rupa ITB, mulai memperkenalkan panjat tebing pada tahun 1976. Saat itu dia mencoba menaklukkan tebing-tebing alam di gunung kapur Citatah.

Dia terdorong dan punya impian mencoba memanjat tebing saat membaca buku From Hill Walking to Alpine Climbing karya Allan Blackshaw. Peristiwa ini kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya organisasi kegiatan alam bebas yang mengkhususkan pada kegiatan memanjat, dengan nama Skygers Amateur Rock Climbing Group.

Pada tahun 1980 kegiatan panjat tebing mulai memasuki babak baru, di mana kegiatan ini bukan lagi bersifat petualangan tetapi telah menjadi olahraga prestasi. Perkembangan ini dimulai ketika diadakannya lomba panjat tebing alam di tebing pantai Jimbaran Bali pada tahun 1987.

Nah, di tahun 1988 mulai diperkenalkan dinding panjat tebing buatan (wall climbing) oleh empat pemanjat dari Perancis yang datang ke Indonesia. Sekaligus, Harry Suliztiarto membentuk wadah sebagai tempat menyalurkan aspirasi dan hobi, untuk memanajemen kegiatan panjat tebing agar berjalan dengan baik dengan nama, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).

Pada tahun 1990, untuk pertama kalinya diadakan lomba panjat dinding buatan dengan tinggi papan lima belas meter. Koni Jatim dan beberapa Koni daerah lain, juga mensahkan Panjat tebing menjadi cabang olahraga. Inilah sejarah dimulainya lomba panjat tebing buatan di Indonesia sampai saat ini.

Jadi bagi sahabat yang ingin mencoba Rock Climbing atau Panjat Tebing ini silakan lakukan latihan yang rutin dan serius dan juga lengkapi dengan peralatan yang memang di khususkan untuk panjat tebing, bukan menggunakan tangga untuk memanjat tebing lho yaaa....apalagi sambil membawa parang, ya itu namanya mau memetik kelapa...Selamat memanjat dan nanti tentukan gaya dalam panjat tebing atau pelajari dahulu dalam melakukan kegiatan tadi, karena pasti ada tehnik dasar dalam panjat tebing .

Tehnik Panjat Tebing


Panjat tebing akan lebih mudah jika kita mengetahui struktur gunung serta rute, karena nantinya akan memudahkan dalam pengambilan istirahat dan juga mengetahui kondisi cuaca dan suhu. Terutama arah angin, karena memanjat dari dinding sisi selatan lebih sulit jika angin bertiup dari arah selatan di banding angin bertiup dari sebelah utara.

PERALATAN PANJAT TEBING

1. Tali
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh sampai menyentuh tanah ( freefall ). Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat Tebing adalah :

a. Tali serat alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.

b. Hawser Laid
Tali sintetis, plastik, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relatif lebih kuat dibanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah serta berat.

c. Core dan Sheat Rope ( Kernmantel Rope )
Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat - sifat :

- Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut ( cliff ). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas ( pading ). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
- Peka ( tidak tahan ) dengan zat kimia.
- Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
- Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut ( karena pendaki jatuh, misalnya ).

Pada umumnya tali - tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan ( figure of eight ) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :

- Mountaineers coil
- Skein coil
- Royal robin style
2. Webbing ( tali pita ) dan Sling
Sering kali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk tubular, sering digunakan untuk :

- Harness ( tali tubuh ), swami belt, chest harness, atau
- Alat bantu peralatan lain, sebagai runners ( titik pengaman ), tangga ( etrier ) atau untuk membawa peralatan.

Webbing yang lain memiliki lebar 50 mm dan berbentuk pipih, yang biasa digunakan untuk macam - macam body slings. Webbing yang sering disebut juga sebagai flat rope adalah produk sampingan perang dunia II.

3. Carabiners ( snapring, snapling, cincin kait )
Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners ( titik pengaman ), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh. Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force ( kp ) atau sekitar 2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds.

Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium ( Alloy ) ini sangat ringan dan cukup kuat, terutama yang bebentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relatif berat bila dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian. Ada carabiner yang dilengkapi tutup pada pintunya ( screw gate ). Hal ini dimaksudkan agar carabiner tidak tebuka gatenya karena sesuatu hal. Tentunya carabiner ini lebih berat dibandingkan yang tanpa tutup ( non screw gate ).

4. Piton ( pegangan, paku tebing )
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas piton digunakan hammer. Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu Bongs, Bugaboos, Knife - blades dan Angle. Piton jenis angle, knife - blades, dan bongs biasanya digunakan untuk rekahan horizontal maupun vertikal. Sedangkan yang bugaboos biasanya dibuat khusus untuk horizontal atau vertikal saja. Cara pemasangan piton sangat sederhana. Setelah memeriksa rekahan yang akan dipasang piton, kita memilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer. Salah besar kalau kita memilih piton dulu baru memilih rekahan pada tebing. Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.

Adakalanya rekahan yang kita hadapi membutuhkan cara pemasangan yang berbeda dan atau perlu dimodifikasi dengan alat lain, sehingga perlu beberapa cara khusus dalam pemasangannya. Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik.

5. Chock
Disamping piton, chock juga berfungsi sebagai alat pengaman ( runners ). Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead. Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan. Sangat disukai pemanjat yang berpengalaman, karena mudah menempatkannya pada rekahan dan tidak memerlukan tenaga serta waktu banyak seperti halnya memasang piton.

6. Ascendeur
Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner. Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Jumar
Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7 - 11 mm dan berkekuatan 1100 pounds. Jumar sendiri dapat dibagi menjadi 3 macam :

- Standard jumar
- Jumar
- Jumar CMI 5000 ( ColoradoMountains Industries ). Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.

b. Clog
Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja yang sama seperti jumar. Alat ini banyak digunakan di Inggris.

7. Descendeur
Alat ini digunakan turun tebing ( abseiling, rapeling ). Pada prinsipnya untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.


Beberapa jenis descendeur :
a. Figure of eight
b. Brake bar
c. Bobbin ( petzl descendeur )
- single rope
- double rope
d. Modifikasi carabiner . Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.

8. Etrier ( tangga )
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

9. Harness
Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan simpul bowline on a coil. Harness yang baik tidak akan mengganggu gerak tubuh dari pendaki. Akan tetapi sangat terasa gunanya bila pendaki dalam posisi istirahat.

Jenis - jenis harness :

a. Full body harness

Harness ini melilit di seluruh tubuh, relatif aman dan biasanya dilengkapi dengan sangkutan alat disekeliling pinggang. Sering dipakai di medan salju / es.

b. Seat harness

Harness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu mengganggu pendaki dalam bergerak. Seat harness dapat dibuat dari webbing ( swami belt ) dan diapersling atau dengan menggunakan figure of eight sling.

10. Helm
Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.

11. Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone ( batu pasir ) atau medan basah dipakai yang bersol tebal dan bergerigi. Sepatu panjat biasa dibuat tinggi, untuk melindungi mata kaki. ( Di Sarikan dari berbagai sumber )

Keindahan Dalam Kegelapan


Penelusuran gua atau caving cukup lama sebenarnya di kenal luas di Indonesia. Sekitar tahun 1980 an lah mulai marak di gemari. Ketika lembaga bernama Specavina ( Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia ) mulai di bentuk di Bogor. Mulailah kegemaran baru ini menyebar dan utamanya di adakan oleh kampus - kampus. walaupun begitu, hobi ini agaknya di awal perkembangannya terseok - seok karena yang didalaminya tak melulu keterampilan fisik saja namun juga aspek ilmiahnya. Selain, peralatan yang dibutuhkan pun sulit dibeli di sini. Specavina, ketika itu pula agak selektif membagi ilmu pada peminat. Hanya mereka yang memiliki latar belakang keilmuan atau yang menyukai pengetahuan tentang speleologi yang boleh bergabung. Specavina sebagai pelopor ketika itu sengaja lebih menonjolkan unsur ilmiahnya ( speleologi ) daripada ”olahraganya” ( caving ).

Salah satu aspek yang harus diketahui penggemar caving adalah pengetahuan dasar geologi. Terutama bagaimana awal gua itu terbentuk, di daerah mana bisa ditemukan, sifat batuannya, jenis gua, dan sebagainya. Dengan dasar pengetahuan ini, caver ( penelusur gua ) bisa dengan mudah menemukan gua. Sebab, mereka hanya akan mendatangi wilayah yang banyak terdapat batu gamping. Secara teori demikianlah adanya. Gua banyak terdapat di kawasan batu gamping ( karst ). Berbekal pengetahuan itu pula jika bisa membaca peta geologi, maka di mana saja sebaran daerah karst, di sana tujuan yang tepat untuk perjalanan melakukan ekspedisi.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah biologi gua ( biospeleologi ). Memang tak harus menjadi ahli biologi dulu baru bisa menekuni caving. Tapi paling tidak dengan modal ”baca - baca” dulu, penelusur gua bisa membandingkan flora fauna antara gua yang satu dengan lainnya. Atau mungkin dia menemukan spesimen baru yang bisa menambah khasanah pengetahuan biologi gua di Indonesia. Dia pun menjadi tahu bagaimana cara menyimpan koleksi itu dengan baik sebelum dibawa ke pakarnya untuk diidentifikasi.

Keunikan

Fauna gua terbilang unik. Semuanya beradaptasi dengan lingkungan gelap abadi tak hanya terbilang puluhan atau ratusan, tapi ribuan tahun. Mereka berevolusi disesuaikan dengan alamnya yang gelap gulita. Di sebuah gua di Amerika pernah ditemukan salamander transparan dan tak bermata ( eyeless ), bahkan buta ( blind ). Diduga salamander itu terjebak di dalam gua dan tak bisa keluar. Untuk bertahan hidup satwa itu mengembangkan indera peraba dan perasanya sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi matanya. Lama-kelamaan alat penglihatan itu tertutup selaput karena mubazir. Begitu pun flora dalam gua yang beradaptasi dengan lingkungan gelap total. Tumbuhan untuk hidup di permukaan memerlukan sinar matahari. Tumbuhan berdaun belum pernah dilaporkan ditemukan di dalam gua. Yang lazim dijumpai adalah aneka jamur yang bentuknya aneh - aneh. Misalnya ada jamur yang memiliki leher yang panjang, dengan topi kecil namun lunglai. Di Indonesia penemuan satwa gua yang terbilang sensasional pernah terjadi. Tapi sayangnya itu tak tercatat di lembaga resmi pemerintah atau internasional. Di tahun 1980 - an, persisnya tahun berapa sudah .lupa, klub penelusur gua Garbhabhumi dari Jakarta ketika terjadi gerhana matahari total, masuk ke Gua Ngerong di Tuban, Jawa Timur. Bentuk gua itu adalah gua air yang merupakan sungai.

Klub yang dipimpin Norman Edwin saat itu menerobos masuk dan melawan arus dengan perahu karet. Tak sampai satu kilometer, mereka terbentur air terjun. Setelah memanjat air terjun, langkah mereka terhenti sebab di bagian atasnya terdapat mata air. Lorong itu mungkin bisa ditelusuri lebih jauh, namun memerlukan teknik dan peralatan diving. Diputuskan ketika itu untuk stop dan kembali ke luar. Di bagian inilah mereka secara tak sengaja melihat kelap - kelip di dalam air yang memantul dari sinar lampu. Ternyata barang yang mengkilat itu adalah ikan. Setelah dipelototin lebih dekat lagi, ikan itu tak bermata dan transparan. Dibalut rasa girang, spesimen itu dibawa ke Jakarta untuk diidentifikasi. Beberapa bulan ikan yang mirip anak tawes itu masih hidup dalam akuarium yang dikondisikan seperti di alamnya oleh Riza Marlon ( kini juru foto profesional ). Oleh Yatna Supriatna, kini doktor biologi, temuan itu diidentifikasi sebagai Puntius microps. Sebagai pembanding, satwa eyeless di gua di Amerika atau Eropa baru dijumpai di kedalaman puluhan kilo sampai ratusan. Tapi di Tuban, tak sampai 2 kilometer. Mungkin ini bisa menjadi bahan kajian ilmuwan kita yang tertarik pada cave biology. Jika di sana, gua bisa melahirkan ratusan doktor, mengapa di sini tak bisa? Takut gelapkah, becek dan bayangan mistis tentang gua yang mengakibatkan orang enggan berurusan dengannya?

Masuk gua memang bukan sekadar masuk dan mengagumi keindahan di dalamnya saja. Namun banyak yang harus dikerjakan. Apalagi ketika zaman itu belum banyak perkumpulan penelusur gua sehingga untuk mengklaimnya harus dibuktikan dengan peta dan foto - foto. Keakuratan peta sebuah gua dilihat dari siapa yang membuatnya. Sayangnya kebanggaan dan semangat untuk membuat peta gua oleh klub - klub caving di Indonesia, melempem. Hal ini berbeda dengan kondisi klub penelusur gua di luar negeri. Mereka begitu getol menyusun peta gua hingga ke hal yang detail. Sampai akhirnya tercipta lambang - lambang khusus dalam pemetaan gua yang jelimet. Jika ada hal khusus yang ditemukan, misalnya speleothems ( bentukan gua seperti stalaktit, stalakmit, gourdam, straws, pearls cave dan sebagainya ) yang mungkin istimewa bentuknya, biasanya peta itu dibuat irisan dengan gambar detail atau lambang. Di peta tersebut biasanya tercantum grade, semakin tinggi angka yang tercantum dalam grade itu maka semakin akurat peta itu dibuat. Di sana yang enak adalah generasi selanjutnya. Jika ingin masuk gua tinggal masuk dengan panduan peta. Namun penelusur di sana bukan sekadar mengikuti petunjuk peta. Bila denah yang dibuat sebelumnya ada kesalahan maka akan dikoreksi dan dilaporkan ke paguyuban penelusur gua. Maka tak mengherankan jika kini hampir pasti peta gua di negara - negara maju, akurat. Semua gua sudah terpetakan yang diikuti dengan data base yang lengkap.

Saking lengkapnya, mereka bisa tahu mana gua yang terpanjang atau yang terdalam di dunia. Gua yang terdalam dan sampai kini belum terpecahkan rekornya adalah Voronja Cave di Georgia, pecahan bekas Uni Soviet, yakni 1.710 meter. Bayangkan untuk menuruninya berapa panjang tali yang dipakai dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke dasar gua. Sementara gua yang terpanjang dan kompleks sekali lorong-lorongnya adalah Mammoth Cave di Amerika Serikat yakni, 563,270 km dan dalamnya -116 m.

Kabar bahwa pemetaan gua tak begitu berjalan di Indonesia, sudah bisa dimaklumi. Karena penggemar caving di sini cenderung menyukai dari sisi olahraga dan petualangannya. Aspek ilmiah bukannya tak menarik, tapi kurang menguasai. Pakar biologi atau geologi yang sesungguhnya di Indonesia, adakah yang membangun tesis dari gua? Kalaupun ada mungkin jumlahnya tak sampai hitungan jari sebelah tangan.
Incaran Dunia

Potensi gua di negeri ini sebetulnya tak kalah menarik dengan yang ada di luar negeri. Ketika tahun 1980 - an, wilayah ini menjadi incaran caver dunia. Berbagai cara mereka lakukan untuk bisa caving di sini, namun terbentur peraturan yang menyebutkan peneliti asing harus seizin LIPI. Adanya peraturan itu sebetulnya ada bagusnya. Mereka jadi tak seenaknya ”mengeksplorasi” gua di Indonesia. Sayangnya, kesempatan itu tak dipakai oleh penelusur gua kita untuk menjadikan dirinya sebagai yang pertama. Belakangan seorang ahli geologi yang juga seorang caver berkebangsaan Inggris, Tony Waltham, masuk lewat jalur sebuah departemen. Dia datang konon membantu pengairan di daerah Gunung Kidul yang tandus. Sebagai pakar geologi, dia tahu betul bahwa air di sana hanya dijumpai di sungai bawah tanah alias di dalam gua-gua. Dia pun paham bahwa Gunung Kidul adalah kawasan karst yang nota bene adalah sarangnya gua yang belum diutak - atik oleh caver mana pun. Sepulangnya dari Indonesia tak lama kemudian terbitlah buku tentang gua - gua di sana, berikut foto - foto yang menawan. Potensi gua yang masih menjanjikan, menurut peta geologi terletak di Sulawesi dan Papua. Tapi yang menantang adalah yang di Papua. Di peta tertulis selain kawasan karstnya luas, juga ”ketebalannya” mencapai ribuan meter. Artinya, jika ada gua vertikal ( pothole ) di Papua maka kedalamannya berpotensi mengalahkan Gua Voronja di Georgia! ( Disarikan dari berbagai sumber )

Selasa, 14 Desember 2010

Tips Hemat Air Di Rumah



Pernah membayangkan bagaimana kalau tiba-tiba persediaan air kita mulai menurun? Kita tidak bisa mencuci, memasak, mandi, dan sebagai akibatnya, penyakit pun mengintai. Sayangnya, itu bukan skenario dari Hollywood. Saat ini, akibat penggunaan air yang boros dan penurunan luasnya daerah hijau, stok air bersih makin sedikit. Tapi jangan khawatir--Greenlifestyle sudah menyelidiki isu ini dan mengumpulkan beberapa tips yang gampang dilakukan di rumah, studio, kos (maupun rumah di pohon :-)
Nah, apa hubungan antara suplai air kita dan penurunan tingkat daerah hijau kota? Penggunaan air tanah secara berlebihan dan pembangunan ibukota dengan penggunaan tiang pancang besar (area hijau makin terbatas), menyebabkan permukaan tanah ibukota menurun. Setiap tahun, warga Jakarta mendapatkan 251.8 m3 air dari air tanah. Padahal, potensi air tanah yang dapat dimanfaatkan hanya 186.2 m3 Alhasil, beberapa wilayah di Jakarta sudah merasakan sulitnya mendapatkan air bersih.
Jelas, untuk meghindari tenggelamnya kota besar seperti Jakarta (termasuk rumah kita), pengunaan air kita harus dikurangi. Pengurangan tersebut juga dapat membantu kita untuk menghemat pengeluaran biaya untuk mengakses air (listrik, pompa air tanah atau PDAM).
TIPS (mulai dari paling mudah)
•    Cek kondisi sambungan antara pipa air dan keran di setiap titik saluran air yang ada di dalam rumah.
•    Simpan air bekas saat cuci piring: Bak cuci piring 'double sink' lebih hemat air karena air keran tidak perlu mengucur terus saat mencuci. Gunakan satu ember di salah satu bak, dan buang air bekas cucian untuk menyiram tanaman atau WC.
•     Memasukkan botol air di tanki WC: Terdengar aneh kan? Padahal, memasukkan botol kemasan yang diisi air dalam tanki WC merupakan salah satu cara paling efektif, mudah dan murah untuk menggurangi pengunaan air saat flushing. Dalam 1 hari, kita membuang air sebanyak 2.5 botol galon air bersih hanya untuk membilas toilet. Dengan menggunakan botol air, kita bisa menghemat antara 15-20 liter per hari.
•    Mandi 5 minit saja: Menghabiskan air bersih sekitar 30 liter saja, daripada menggunakan bathtub (bisa 60 liter).
•    Gosok gigi dengan keran tertutup: Capek, kita suka lupa matikan keran saat sikat gigi. Tapi, membiarkan keran terbuka selama 1 menit itu sama dengan membuang 1 botol galon air bersih sehari.
•    Memasang keran 'one touch': (liter air yang dihematkan per hari = 85%).
•    Membuat lubang Biopori: Cara pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan membuat lubang berdiameter 10 cm. Lubangnya diisi dengan sampah organik. Saat hujan turun, lubang ini akan terisi air. Air tersebut akan meresap ke dalam tanah dan diikat sebagai sumber air tanah yang nantinya akan kita butuhkan sebagai suplai air bersih.
•    Memasang talang air: Dengan media penyalur air hujan ini, air hujan disalurkan ke bidang yang lebih rendah, misalnya ke selokan atau/dan ke sumur resapan.



•    Pilih toilet/wc dengan 'dual flush': Sistem pembilasannya terdiri atas dua pilihan, sesuai dengan kebutuhan.
Sumber : http://greenlifestyle.or.id

Staf Presiden: Laporan Greenpeace Tidak Akurat

Jakarta (ANTARA News) - Staf khusus Presiden bidang lingkungan Agus Purnomo mengatakan ada ketidakakuratan data pada laporan lembaga swadaya masyarakat Greenpeace di Indonesia.

"Ketidakakuratan data tersebut mengenai luas kerusakan hutan yang akan dikonversi untuk industri serta dana internasional perubahan iklim yang diterima Indonesia bakal dikorupsi," kata Agus Purnomo pada diskusi "Menguak Dusta Greenpeace di Indonesia" di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pada laporan Greenpeace menyebutkan akan terjadi kerusakan hutan mencapai 63 juta hektar hingga 2030 untuk pengembangan industri pulp dan paper, palm oil, pertambangan, dan energi terbarukan.

Data luas kerusakan hutan di Indonesia pada laporan Greenpeace, menurut Agus, angkanya terlalu besar sehingga dipertanyakan darimana sumbernya.

Setelah ditelusuri melalui kementerian terkait, kata dia, ternyata angkanya tidak sebesar itu.

"Greenpeace membuat laporan dengan data kerusakan hutan yang sangat besar mungkin untuk menakut-nakuti masyarakat Indonesia," katanya.

Agus menjelaskan, dari penelitian Kementerian Kehutanan menyimpulkan, kerusakan hutan karena konversi hingga 2030 hanya sebesar 24 juta hektare atau hanya sekitar 35 persen dari besaran yang dilaporkan Greenpeace.

Dari 24 juta hektare tersebut, menurut dia, dimanfaatkan untuk hutan tanaman industri, hutan tanaman rakyat, pembangunan industri perkebunan, seperti kelapa sawit dan perkebunan untuk energi terbarukan, seperti pohon jarak.

"Pemanfaatan 24 juta hektar hutan tersebut juga berasal dari sekitar 35,4 juta hektare lahan kritis bukan dari hutan produktif," katanya.

Agus Purnomo juga menilai kebohongan yang dilakukan Greenpeace dalam laporannya, yakni menyebut dana internasional untuk penurunan emisi karbon di Indonesia senilai satu miliar dolar Amerika Serikat akan dikorupsi.

Menurut dia, dana internasional baru akan cair setelah terbukti ada penurunan emisi karbon dari yang dinikmati internasional.

"Saat ini dana tersebut belum cair jadi mana mungkin akan dikorupsi," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Agus Purnomo juga memuji buki berjudul "Menguak Dusta Greenpeace di Indonesia" yang dikumpulkan dari berita dan opini di media massa.

Penulis buku "Menguak Dusta Greenpeace di Indonesia", Syarif Hidayatullah, mengatakan, dari studi pustaka yang dilakukannya terhadap berita maupun opini di media massa dirinya mensinyalir gerakan kampanye lingkungan yang dilakukan Greenpeace tidak independen.

"Saya menduga ada pengusaha yang mensponsori laporan Greenpeace," katanya.
(T.R024/P003)

Kisah Mengejar Wedhus Gembel dengan Kondom


 
Surabaya - Kondom tak hanya alat pengaman seksual. Namun siapa sangka juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pembantu pekerjaan seorang wartawan ketika meliput bencana, seperti letusan Gunung Merapi.

Pengalaman itu diungkap oleh Trisnadi Marjan, kontributor kantor berita Amerika Associated Press (AP). Di dalam Diskusi Journalist Insting dengan tema 'MENGEJAR WEDHUS GEMBEL' yang diselenggarakan oleh Himpunan Penggemar Fotografi (Himmarfi) Stikosa AWS bekerja sama Forum Progresif (FOR PRO) AWS di kampusnya, Nginden Intan Timur Surabaya, Kamis (9/12/2010).

"Dengan kondom saya bisa menentukan posisi saya berada itu aman atau tidak. Kondom saya tiup, lalu saya ikat di atas pohon, dari situ ketahuan ke mana arah angin. Kadang angin atas dan bawah berbeda, makanya saya pasang dua kondom," terang Trisnadi Marjan.

Lebih lanjut Trisnadi mengungkapkan dengan kondom terebut ia berani memutuskan untuk tetap berada dalam posisinya dan mengabadikan setiap kejadian yang berlangsung dihadapannya. Menurutnya, seorang jurnalis harus peka terhadap ruang dan waktu. Juga harus cepat mempelajari kondisi lingkungan atau memetakan keadaan. Secara psikologis harus siap berada di medan apapun. Terlebih lagi dalam peliputan bencana.

Lebih lanjut Trisnadi menyebutkan spesifik untuk peliputan bencana, kondisi manusiawi seorang fotografer, terlebih pemula akan mengalami shooc. Hal ini wajar, mengingat suasana didaerah bencana umumnya mengaduk-aduk suasana batin. Namun, kondisi ini harus dikuasai secepatnya dan tersebut ia lakukan untuk bisa memanjat tower tinggi yang licin.

Pada kondisi bencana, mood seorang jurnalis foto hanya berumur tujuh hari. Selanjutnya seorang fotografer akan merasakan jenuh. Selama tujuh hari tersebut obyek yang ditangkap seorang fotografer monoton. Untuk itu seorang jurnalis harus mampu memunculkan instingnya atau ide-ide segarnya.

"Kita kadang terpancing ikut panik atau lainnya, itu justru bisa membuat jurnalis kehilangan banyak momentum. Padahal tugas jurnalis adalah mengabadikan setiap kejadian dan mengabarkan pada masyarakat secara luas. Setiap bencana itu ada pembagian tugas, mulai dapur umum, SAR memberi makan pengungsi,” lanjutnya.

Dalam diskusi tersebut ditampilkan 30-an foto slide, diantaranya suasana perkampungan setelah diserang awan panas atau wedhus gembel, mayat manusia dan hewan, suasana evakuasi oleh anggota Kopassus serta lainnya.

"Untuk menampilkan suasana perkampungan yang hancur, saya harus memutuskan untuk menyeberangi sungai dengan jembatan yang rapuh akibat diterjang wedhus gembel. Di situlah keberanian kita dalam memtuskan sesuatu diuji," terangnya.

Diskusi tersebut diikuti 80 pecinta fotografi se-Surabaya, diantaranya Airlangga Photografi Society (APS), Airlangga Broadcast Education (ABE), Aktifitas Fotografi Unesa (AFO), EXPHOSE (UPN), dan peserta perorangan.

"Seri diskusi Journalist Insting merupakan format baru dimana peserta mendapat bekal pengalaman, mengimajinasikan medan liputan. Jadi nggak melulu pengetahuan teknis fotografi. Karena meskipun kita hapal teknis secara baik, namun jika tak paham medan, skill tersebut bisa hilang dilapangan karena grogi, shock, atau bingung menempatkan posisi," terang Budi Irawan, Ketua Pelaksana Seri Diskusi Journalis Insting.

Menurut pria kribo yang tergabung dalam Himmarfi tersebut, disksui yang bekerja sama dengan Forum Progresif (FOR PRO) AWS, kumpulan alumni Stikosa AWS, itu mampu memberikan trik dan wacana baru bagi fotografer pemula yang nantinya akan hunting di lokasi bencana.

"Diskusi semacam ini akan kami gelar secara berseri untuk menambah wawasan bagi mahasiswa pada umumnya. Terutama yang sedang menempuh studi di Stikosa AWS. Kami memiliki stok alumni di banyak media, juga praktisi kehumasan dan periklanan. Mereka berkomitmen untuk memajukan dunia komunikasi secara luas,” terang M Zurqoni, Koordinator For Pro AWS.

Minggu, 12 Desember 2010

DIALAM TERBUKA pun JADI

Musyawarah Besar Mapala Universitas Muhammadiyah Mataram Ke XIV.


Organisasi yang bergerak di bidang kepecinta alaman ini, kali ini mengadakan Musyawarah Besar (Mubes)berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebelumnya, Mapala UMM mengadakan kegiatan guna pergantian Dewan Pengurus ini di lakukan hanya dalam kampus, tapi untuk kegiatan yang telah empat belas kali dilaksanakan ini di gelar di lokasi Hutan Wisata Aiq Nyet, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

”Kegiatan mubes ini sengaja kami adakan di alam terbuka guna untuk mendekatkan kita ke pada alam. Selain itu, bikin kepala kita fress,” tutur wanita asli labuhan bajo, Nurhayati Kadmie, yang merupakan ketua panitia.

Kegiatan ini dilaksanakan lima hari lamanya, mulai dari tanggal 8 desember 2010 sampai 12 Desember 2010. kegiatan ini di ikuti oleh sebagian besar anggota MAPALA UMM yang masih aktif.

Dalam Mubes yang ke-14 ini terpilih saudara Addin Harfitriyantho sebagai ketua umum Mapala UMM periode 2010-2011. ”Sebuah organisasi tidak akan bias maju bila tanpa bantuan anggotanya sendiri,” tutur pria yang lebih akrab dipanggil Yadin Black. Dalam kegiatan ini pula, terpilih saudara L. Mukhlis sebagai koordinator Dewan Pengontrol Organisasi (DPO).

”Saya sangat gembira sekali dengan terlaksananya kegiatan ini tanpa hambatan.” Terang M. Imran Jack selaku dewan alumni Mapala UMM.

Keindahan Wisata Senaru dan Bayan

Senaru yang berarti sinar aru merupakan sebuah nama desa yang terletak di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Desa yang terletak di kaki rinjani ini memiliki kelebihan bila dibadingkan dengan desa-desa lainnya di KLU. Karena disamping sebagai pintu gerbang pendakian ke Rinjani, juga memiliki beberapa obyek wisata yang indah dan menawan.Tidak heran, bila banyak para wisatawan mancanegara maupun lokal yang datang berkunjung menikmati keindahan desa Senaru. Karena selain dapat menikmati wisata air terjun Sindang Gila dan Tiu Kelep, juga para pengunjung dapat berwisata di rumah adat senaru sambil menikmati kebun kopi yang hijau ranau milik warga setempat.

Bagi pengunjung yang ingin berkeliling ke beberapa obyek wisata alam dan wisata budaya, dapat menggunakan jasa para guide yang tegabung dalam kelompok “Panorama Work”, yang setiap saat siap mengantar para pengunjung. Dengan mengeluarkan biaya sekitar Rp. 200.000,- per orang, pengunjungpun akan diantar ke beberapa tempat wisata, seperti rumah adat Senaru, Air Terjun Tiu Kelep, menikmati pemandangan Bangket Bayan, Masjid Kuno Bayan dan rumah adat tradisional Desa Karang Bajo.

Di Balai adat Senaru, wisatawan dapat melihat rumah yang cukup unik, yang lantainya dari tanah liat dengan pagar bedek dan atap daun rumbia yang cukup sejuk karena dikelilingi pohon kayu besar yang rindang. Masyarakat adatpun akan menyambut setiap pengunjung dengan ramah. Dan dari tempat ini, jika mata mengarah ke luar, akan tampak pohon-pohon kopi milik warga.

Jika sudah puas menikmati keunikan rumah adat, para guidepun akan mengantar ke Air Terjun Sindang Gila. Di tempat ini dapat disaksikan butiran-butiran air terjun laksana embun di pagi hari. Sebagian masyarakat meyakini bahwa air terjun ini dapat mengobati pegal-pegal linu atau penyakit reumatik. Wallhu’alam.

Dan obyek wisata yang dimiliki Desa Senaru yang tidak kalah menariknya adalah Air Terjun Tiu Kelep yang terletak sekitar satu kilo meter dari Air Terjun Sindang Gila. Air Terjun ini memiliki kolam renang yang alami. Dan bila pengunjung mandi, konon bisa awet muda dan enteng jodoh bagi pemuda atau pemudi yang sulit mendapat pasangan hidup.

Bila merasa sudah puas menikmati keindahan alam dan air terjun, para guide pun akan mengantar wisatawan ke Bangket Bayan yang membentang luas dan berdekatan dengan hutan adat. Dari Bangket Bayan ini jika mengarahkan pandangan ke selatan akan tampak laut lepas berwarna keputih-putihan.

Tentu perjalanan para pengunjung tidak akan lengkap rasanya, sebelum mendatangi masjid Kuno Bayan yang dibangun ratusan tahun silam. Masjid yang berdiri di sebuah bukit kecil ini dikelilingi beberapa kuncup makam para penyebar agama Islam di Bayan. Keunikan masjid kuno ini, disamping atapnya terbuat dari santek ( bambu) juga lantai masjidnya masih tetap seperti dahulu kala yakni dari tanah liat, tanpa tersentuh semen sedikitpun.

Dan sekitar 200 meter dari tempat ini, pengunjung dapat menikmati rumah unik yang dikenal dengan sebutan rumah adat tradisional gubug Karang Bajo. Rumah inipun ditempati oleh para toak lokak (tetua), pemangku, dan para tokoh adat setempat.

Menurut Ismail, salah seorang guide mengakui, keindahan wisata alam dan budaya yang dimiliki Senaru dan Bayan, tidak bisa dirangkai dengan kata-kata, dan setiap pengunjung yang diantarnya mengaku puas menikmati keindahan obyek wisata yang dimiliki Lombok Utara ini.